Seperti halnya seorang manusia, sebuah bandara mempunyai sebuah nama. Nama bandara di Indonesia lazimnya adalah merupakan sebuah nama pahlawan sebagai penghargaan terhadap jasa pahlawan tersebut contohnya: Bandara Internasional Soekarno – Hatta Jakarta, Bandara Supadio Pontianak, Bandar Pattimura – Ambon.

Selain nama pahlawan, sering juga penamaan bandara menggunakan nama kota atau daerah lokasi bandara tersebut. Contohnya Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) – Majalengka, Yogyakarta Internatinal Airport (YIA) dan lain sebagainya.

Ketentuan Penamaan Bandara

Penentuan penamaan tersebut telah diatur dalam Peraturan Menteri PM 39 tahun 2019 pasal 44 yaitu sebagai berikut:

1. Nama Bandara untuk pertama kali ditetapkan dalam Keputusan Menteri tentang penetapan lokasi Bandar Udara tersebut berada
2. Penggunaan nama lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
   • Nama kecamatan/distrik dalam hal lokasi Bandar udara berada pada 1 (satu) kecamatan/distrik;
   • Nama Kabupaten/kota dalam hal lokasi Bandar Udara pada 2 (dua) kecamatan/distrik atau lebih;Dalam hal Bandar Udara terletak pada 2 (dua) atau lebih kabupaten/kota, nama Bandar Udara menggunakan nama kabupaten/kota yang merupakan cakupan terluas dari daerah lingkungan kerja Bandar Udara, dan
   • Dalam hal Bandar Udara terletak pada 2 (dua) provinsi atau lebih, nama Bandara menggunakan nama provinsi yang merupakan cakupan terluas dari daerah lingkungan kerja Bandar Udara.

Untuk penamaan bandara selain di atas juga diatur dalam peraturan Menteri ini yaitu “usulan penetapan bandar udara disampaikan pemrakarsa kepada Menteri setelah koordinasi dengan pemerintah daerah kabupaten/kota tempat banda udara tersebut berada’’, seperti halnya tercantum pada pasal 45 ayat (1) PM 39 Tahun 2019.

Selanjutnya pada ayat 2 dijelaskan 12 poin persyaratan yang mesti dipenuhi antara lain:

1. Surat persetujuan gubernur:
2. Surat persetujuan dewan perwakilan rakyat provinsi;
3. Surat persetujuan bupati/walikota;
4. Surat persetujuan dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten/kota;
5. Surat persetujuan masyarakat adat setempat jika ada
6. Surat persetujuan atas penggunaan na,a yang bersangkutan atau ahli waris dalam hal penamaan nama Bandar Udara menggunakan nama tokoh dan/atau pahlawan setempat.
7. Surat persetujuan dari pengelola bandar udara apabila bandara tersebut telah dioperasikan;
8. Bukti publikasi usulan perubahan nama bandar udara melalui media cetak dan/atau elektronik;
9. Surat pernyataan tidak ada keberatan dari masyarakat atau Lembaga/organisasi masyarakat setelah dilakukan publikasi usulan perubahan Bandara melalui media cetak dan/atau elektronik terkait usulan perubahan nama Bandar Udara;
10. Latar belakang atas penggunaan nama bandar Udara baru;
11. Surat pernyataan bahwa tidak akan melakukan perubahan terhadap nama bandar udara tersebut ditetapkan.

ICAO CODE

Dikarenakan fleksibilitas dari penamaan bandara tersebut, ICAO sebagai organisasi penerbangan sipil internasional telah menetapkan mekanisme bagaimana nama sebuah bandara yaitu dalam sebuah Kode yang dinamakan ICAO Codes / Kode ICAO / Location Indicator.

ICAO Codes merupakan kode unik yang terdiri dari 4 (empat) huruf untuk mewakilkan identifikasi suatu bandara di seluruh dunia. Kode tersebut dikeluarkan oleh ICAO dan dipublikasi dalam ICAO Document 7910; Location Indicator yang digunakan dalam Pelayanan lalu lintas penerbangan dan airline operator dalam membuat flight plan.Kode ini juga digunakan untuk mengidentifikasikan fasilitas penerbangan semisal weather station dan lain lain,

Penentuan Location Indicator atau ICAO Codes ditentukan berdasarkan wilayah atau region. Misalakan huruf Location indicator huruf W dimiliki region Indonesia dan Malaysia contohnya: WIII = Soekarno Hatta, WMKK = Kuala Lumpur Airport, Sedangkan huruf kedua menjadi identitas FIR atau fligh information Region, Contoh: WIII (sekarno Hatta), WIBB (Pekanbaru), WIMM (Kualanamu), WICC (Bandung) ada di dalam satu FIR yaitu Jakarta FIR.

Huruf ketiga merupakan identitas dari wilayah yang lebih kecil dalam hal ini provinsi atau tata letak bandara yang saling berdekatan, contohnya: WIMM (Kualanamu), WIMN (Silangit airport), WIMS (sibolga) dan lain sebagainya.

Selanjutnya huruf ke empat merupakan huruf yang menjadi identitas wilayah itu sendiri. Contohnya untuk Location Indicator WIMS (W= bandara terletak di region Malaysia, Indonesia) (I=bandara terletak di Jakarta FIR) (M Bandara terletak di Provinsi Sumatera Utara) (S Kode unik untuk bandara sibolga).

ICAO CODE VS IATA CODE

Berbeda dengan Kode IATA atau IATA Code, didalam posisi IATA sebagai Organisasi Internasional Transportasi Udara yang beranggotakan banyak airline operator. IATA juga mengeluarkan Kode atau identifikasi bandara untuk mempermudah dalam Pengoperasian di Bandar Udara.

Kode IATA ini terdiri dari 3 (tiga) huruf seperti misalkan CGK untuk bandara Cengkareng, PLM untuk bandara Palembang dan lain sebagainya. Kode ini biasanya digunakan untuk mempermudah dalam sistem tiket pesawat dan pelabelan bagasi pesawat dikarenakan hurufnya yang identic dengan nama kota lokasi bandara.

Berikut adalah daftar ICAO Code (location indicator)  dan Kode IATA (Icao Code)

berdasarkan Nama Kota

Berdasarkan nama bandara